TERBARU.LINK – Di media sosial, tagar “Kabur Aja Dulu” akhir-akhir ini menjadi tren. #KaburAjaDulu menjadi sarana anak muda Indonesia untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap sejumlah isu yang dihadapi negaranya, khususnya terkait kebijakan pemerintah dan prospek lapangan kerja.
Psikolog klinis Fifi Pramudika mengklaim bahwa tagar “Kabur Aja Dulu” memiliki dua sisi. Hal ini menunjukkan adanya kelebihan dan kekurangan.
Bak pedang bermata dua, tagar Kabur Aja Dulu semakin populer. Mengingat banyaknya orang yang ingin tinggal di luar negeri, jumlah diaspora Indonesia di luar negeri bisa jadi semakin bertambah. “Sama halnya dengan diplomasi, membawa nama Indonesia di kancah internasional,” kata Fifi kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat, 14 Februari 2025.
Orang-orang yang bekerja di luar negeri dapat memberikan devisa bagi Indonesia, yang pada gilirannya dapat mendongkrak perekonomian negara.
BACA JUGA : Honda Monkey terbaru yang dibanderol dengan harga Rp87 juta diperkenalkan di IIMS 2025.
Di sisi lain, ada pula kerugian atau dampak negatifnya. Misalnya, siapa yang akan membangun Indonesia jika semua orang meninggalkan negara ini? Pada akhirnya, Indonesia hanya memiliki orang-orang yang mungkin bukan yang terbaik dari yang terbaik untuk membangun negara ini; orang-orang yang memiliki kemampuan terbaik akan pergi ke negara lain. Jadi, ada keuntungan dan kerugiannya,” jelas Fifi.
Dapat Mendorong Anak-Anak untuk Berpartisipasi dalam “Kabur Aja Dulu”
Fifi melanjutkan, #KaburAjaDulu memiliki kekuatan untuk menginspirasi lebih banyak anak-anak dan kaum muda untuk ikut serta dalam persiapan.
“Sehingga tujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dapat tercapai,” kata Fifi.
Apakah sama dengan melarikan diri dari dunia nyata?
Selain itu, Fifi juga menekankan istilah atau terminologi yang digunakan dalam #KaburAjaDulu.
“Mari kita telaah tagarnya saja karena, kadang-kadang, dalam psikologi, kita juga mencermati kata-kata dan cerita yang digunakan. Kata “kabur” digunakan di sini, dan ketika kita ingin melarikan diri atau ingin melarikan diri dari sesuatu, kita biasanya melakukannya.”
“Orang-orang melarikan diri untuk mencari aman karena mereka mencoba menghindari sesuatu yang negatif. Nah, apakah ini sama dengan melarikan diri dari kenyataan? “Jika mereka benar-benar bepergian ke luar negeri, mereka akan menghadapi kenyataan yang berbeda di negara tempat mereka berakhir,” imbuh Fifi.
Sementara itu, kehidupan di negara tujuan baru tidak selalu nyaman atau stabil saat itu juga.
“Masa adaptasi ini penting ketika kita merintis; pasti ada hal-hal yang tidak menyenangkan pada awalnya. Bisa juga sulit untuk dihadapi selama fase adaptasi, tidak sesuai dengan gambaran atau imajinasi seseorang.
Belum lagi kesulitan empat musim, tingginya biaya layanan, kurangnya transportasi internet, dan tingginya pajak.
Kita perlu bersiap karena, meskipun kita tidak melarikan diri dari kenyataan, rasanya kita masih berada di dunia nyata. Kita semua hidup di dunia nyata, baik di Indonesia maupun di tempat lain.
Melarikan diri dari kenyataan ibarat tidur dan bermimpi, tetapi di Indonesia maupun di tempat lain, kenyataan tetap menghadang kita.
Tentang tagar “Kabur Aja Dulu”
Singkatnya, tagar #KaburAjaDulu menggambarkan keinginan anak muda untuk meninggalkan Indonesia demi mencari kehidupan yang lebih baik—baik dari segi pendidikan, pekerjaan, maupun taraf hidup—di luar negeri.
Fifi mengklaim bahwa tagar “Kabur Aja Dulu” akhir-akhir ini sedang populer. Fenomena ini dapat di maknai sebagai teknik psikologis untuk menghadapi tuntutan sosial dan ekonomi, dan bukan sekadar tren media sosial.
“Jika di telaah, ini bukan sekadar tagar, melainkan cara untuk bereaksi terhadap keadaan yang tidak pasti, baik secara sosial maupun ekonomi,” tutur Fifi.
Lalu, apakah #KaburAjaDulu bisa menjadi solusi bagi permasalahan yang di hadapi kaum muda?
“Tagar tidak bisa menjadi solusi jika hanya sekadar aspirasi tanpa tindakan nyata. Namun, hal ini perlu di pertimbangkan secara matang jika kita membahas apakah bepergian ke luar negeri dapat membantu orang mengatasi kemarahan mereka terhadap keadaan di negara asal. Sebab, pada hakikatnya, ini adalah akibat ketidakpuasan terhadap tata kelola negara,” katanya.
[…] BACA JUGA : Psikolog mengungkap kelebihan dan kekurangan tagar Kabur Aja Dulu, bak pedang bermata dua. […]
Komentar ditutup.